Diposting oleh
Asy-syifa
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | Divisi: | Magnoliophyta | Kelas: | Magnoliopsida | Upakelas: | Rosidae | Ordo: | Sapindales | Famili: | Rutaceae | Genus: | Citrus | Spesies: | C. sinensis | |
Jeruk manis atau jeruk peras (Citrus sinensis Osbeck) adalah perdu tropis dan subtropis yang menghasilkan buah dengan nama sama. dan juga nama buahnya. Buah jeruk memiliki kulit berwarna hijau hingga jingga dan daging buahnya mengandung banyak air. Sari buah jeruk merupakan minuman hasil perasan jeruk yang populer.
Kulit buah jeruk biasa dikeringkan dan diolah menjadi bahan obat dan biasanya dipakai dalam ramuan herbal atau jamu tradisional Tionghoa. Kulit jeruk dapat diolah dengan cara tertentu menjadi manisan atau selai (marmalade). Cairan buah jeruk banyak mengandung vitamin C.
Jeruk Siam |
Berkas:None.jpg Jeruk Pontianak |
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | Divisio: | Magnoliophyta | Kelas: | Magnoliopsida | Subkelas: | Rosidae | Ordo: | Sapindales | Familia: | Rutaceae | Genus: | Citrus | Spesies: | C. nobilis | |
Jeruk Pontianak (citrus nobilis var. microcarpa) merupakan jenis jeruk siam dengan ciri fisik kulitnya tipis dan licin mengkilat. Jeruk Pontianak mempunyai rasa yang manis dan merupakan salah satu komoditas unggulan Kota Pontianak.
Sebenarnya jeruk ini bukanlah hasil produksi pertanian Kota Pontianak. Sentra tanaman jeruk justru berasal dari Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Namun sejak lama jeruk ini telah dikenal dengan merek dagang “Jeruk Pontianak”. Dalam istilah bahasa Melayu, “Tebas punye jeruk, Pontianak punye name”.
Sejarah pengembangan Jeruk Siam yang akhirnya terkenal sebagai Jeruk Pontianak di Kalimantan Barat sejak tahun 1936 tepatnya di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Bibitnya berasal dari negara Republik Rakyat Cina. Hingga awal tahun 1950 jeruk siam telah berhasil dibudidayakan hingga mencapai 1.000 ha. Tahun 1960 sebagian besar pohon jeruk ini ditebangi karena terserang penyakit.
Pada tahun 1979 perkebunan Jeruk Siam dikembangkan kembali dan sampai tahun 1996 mengalami masa kejayaan yaitu mencapai 10.000 ha lebih dengan produksi 26.000 ton per tahun.
Setelah tahun 1996 Jeruk Siam anjlok sebagai akibat dari monopoli sistem tata niaga jeruk yang mengakibatkan harga ditingkat petani jatuh dan total pendapatan tidak cukup membiayai biaya pengeluaran; akibatnya petani membiarkan pohon jeruk merangas mati karena tidak terpelihara dan diperparah akibat serangan hama penyakit.
Saat ini masyarakat Sambas kembali mengembangkan potensi tanaman jeruk. Luas potensi areal pengembangan KSP Jeruk saat ini antara 10.000 – 20.0000 ha, terdapat di Kab. Sambas. Lokasinya terletak dalam satu hamparan dataran rendah yang luas pada beberapa Desa di Kecamatan Pemangkat, Tebas, Sambas, dan Teluk Keramat.
Berdasarkan rencana pengembangan produk unggulan daerah Kabupaten Sambas, masih tersedia pengembangan komoditas jeruk seluas 7.844 ha dan masih memungkinkan untuk diperluas, karena ketersediaan area pertanian lahan kering di Kalbar mencapai seluas 200.000 ha.
Menurut situs resmi Provinsi Kalimantan Barat, keunggulan jenis Jeruk Siam ini antara lain dalam hal popularitasnya yang sudah cukup terkenal baik dalam maupun luar negeri (khususnya ASEAN). Selain itu masa produktifitasnya juga cukup lama (15-20 tahun) dengan benefit cost ratio (BCR) sebesar 3,59. BCR jeruk siam ini merupakan yang tertinggi dibanding komoditas pertanian lainnya di Kalimantan Barat. Selain itu harga di pasaran relatif stabil dan cenderung terus meningkat.
Jeruk (Citrus) |
Penampang lintang buah berbagai jenis jeruk |
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | Divisi: | Magnoliophyta | Kelas: | Magnoliopsida | Upakelas: | Rosidae | Ordo: | Sapindales | Famili: | Rutaceae | Upafamili: | Aurantioideae | Bangsa: | Citreae | Genus: | Citrus L. | |
Spesies dan Hibrida |
Spesies budidaya penting: Citrus aurantifolia – Jeruk nipis Citrus maxima – Jeruk pomelo Citrus medica – Jeruk sukade Citrus reticulata – Jeruk keprok Hybrida budidaya penting: Citrus × aurantium – Bitter Orange Citrus × hystrix – Jeruk purut Citrus × latifolia – Persian Lime Citrus × limon – Jeruk sitrun/lemon Citrus × limonia – Rangpur Citrus × paradisi – Grapefruit Citrus × sinensis – Jeruk manis |
Sinonim |
Eremocitrus Microcitrus |
Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di antara anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya.
Sebutan “jeruk” kadang-kadang juga disematkan pada beberapa anggota marga lain yang masih berkerabat dalam suku yang sama, seperti kingkit. Dalam bahasa sehari-hari, penyebutan “jeruk” atau “limau” (di Sumatra dan Malaysia) seringkali berarti “jeruk keprok” atau “jeruk manis”. Di Jawa, “limau” (atau “limo”) berarti “jeruk nipis”.
Jeruk sangatlah beragam dan beberapa spesies dapat saling bersilangan dan menghasilkan hibrida antarspesies (‘interspecific hybrid) yang memiliki karakter yang khas, yang berbeda dari spesies tetuanya. Keanekaragaman ini seringkali menyulitkan klasifikasi, penamaan dan pengenalan terhadap anggota-anggotanya, karena orang baru dapat melihat perbedaan setelah bunga atau buahnya muncul. Akibatnya tidak diketahui dengan jelas berapa banyak jenisnya. Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan adalah keterkaitan kuat Citrus dengan genus Fortunella (kumkuat), Poncirus, serta Microcitrus dan Eremocitrus, sehingga ada kemungkinan dilakukan penggabungan. Citrus sendiri memiliki dua anakmarga (subgenus), yaitu Citrus dan Papeda.
Asal jeruk adalah dari Asia Timur dan Asia Tenggara, membentuk sebuah busur yang membentang dari Jepang terus ke selatan hingga kemudian membelok ke barat ke arah India bagian timur. Jeruk manis dan sitrun (lemon) berasal dari Asia Timur, sedangkan jeruk bali, jeruk nipis dan jeruk purut berasal dari Asia Tenggara.
Banyak anggota jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan, wewangian, maupun industri. Buah jeruk adalah sumber vitamin C dan wewangian/parfum penting. Daunnya juga digunakan sebagai rempah-rempah.
Pemerian
Pohon kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m, dengan batang atau ranting berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi dengan tepi rata, tunggal, permukaan biasanya licin dan agak berminyak. Bunga tunggal atau dalam kelompok, lima mahkota bunga (kadang-kadang empat) berwarna putih atau kuning pucat, [stamen] banyak, seringkali sangat harum. Buah bertipe “buah jeruk” (hesperidium), semacam buah buni, membulat atau seperti tabung, ukuran bervariasi dengan diameter 2-30cm tergantung jenisnya; kulit buah biasanya berdaging dengan minyak atsiri yang banyak.
Buah dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai penyedap atau komponen kue/puding. Aroma yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan beberapa terpenoid. “Daging buah” mengandung banyak asam sitrat (harafiah: “asam jeruk”) yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi segar.
Jeruk nipis |
Buah jeruk nipis |
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | Divisi: | Magnoliophyta | Kelas: | Magnoliopsida | Ordo: | Sapindales | Famili: | Rutaceae | Genus: | Citrus | Spesies: | C. aurantifolia | |
Nama binomial |
Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle |
Jeruk nipis atau limau nipis adalah tumbuhan perdu yang menghasilkan buah dengan nama sama. Tumbuhan ini dimanfaatkan buahnya, yang biasanya bulat, berwarna hijau atau kuning, memiliki diameter 3-6 cm, umumnya mengandung daging buah masam, agak serupa rasanya dengan lemon.
Jeruk nipis, yang sering dinamakan secara salah kaprah sebagai jeruk limau, dipakai perasan isi buahnya untuk memasamkan makanan, seperti pada soto. Fungsinya sama dengan cuka. Sebagai bahan obat tradisional, perasan langsung buah jeruk nipis dipakai sebagai obat batuk, diberikan bersama dengan kapur untuk menurunkan demam. Perasannya juga dipakai sebagai obat batuk.
Jeruk purut |
Jeruk purut dari Blanco |
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | Divisi: | Magnoliophyta | Kelas: | Magnoliopsida | Upakelas: | Rosidae | Ordo: | Sapindales | Famili: | Rutaceae | Genus: | Citrus | Spesies: | C. × hystrix | |
Nama binomial |
Citrus × hystrix DC. |
Jeruk (atau limau/limo) purut, jeruk sambal, atau jeruk pecel (Citrus × hystrix DC.) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir lime, sementara nama lainnya ma kruut (Thailand), krauch soeuch (Kamboja), ‘khi ‘hout (Laos), shouk-pote (Burma), kabuyau, kulubut, kolobot (Filipina), dan truc (Vietnam).
Daun jeruk purut, dipakai sebagai pengharum dalam masakan
Jeruk rempah ini termasuk ke dalam subgenus Papeda, berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya, sehingga penampilannya mudah dikenali. Tumbuhannya berbentuk pohon kecil (perdu). Rantingnya berduri. Daun berbentuk khas, seperti dua helai yang tersusun vertikal akibat pelekukan tepinya yang ekstrem; tebal dan permukaannya licin, agak berlapis malam. Daun muda dapat berwarna ungu yang kuat. Buahnya kecil, biasanya tidak pernah berdiameter lebih daripada 2cm, membulat dengan tonjolan-tonjolan dan permukaan kulitnya kasar; kulit buah tebal. Perbanyakan dilakukan dengan biji atau dengan pencangkokan.
Dalam dunia boga Asia Tenggara penggunaannya cukup sering dan rasa sari buahnya yang masam biasanya digunakan sebagai penetral bau amis daging atau ikan untuk mencegah rasa mual, seperti pada siomay. Ikan yang sudah dibersihkan biasanya ditetesi perasan buahnya untuk mengurangi aroma amis. Daun jeruk purut juga banyak dipakai . Potongannya dicampurkan pada bumbu pecel atau juga gado-gado untuk mengharumkan. Demikian pula dalam pembuatan rempeyek, potongan daunnya dicampurkan pada adonan tepung yang kemudian digoreng. Di Thailand, daun jeruk purut sangat populer dalam masakannya. Tom yam dan tom khaa, dua makanan berkuah yang populer, menggunakannya. Menu dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, dan Pulau Bali juga menggunakan daun jeruk purut sebagai pengharum masakan.
Sebagai bumbu masak, daun maupun buah jeruk purut sukar dicari penggantinya. Kulit jeruk nipis dapat dipakai apabila terpaksa. Daunnya dapat dikeringkan untuk dipakai pada waktu mendatang namun hanya bertahan kurang dari setahun. Cara pengawetan lain yang lebih awet adalah dengan dibekukan.
Beberapa wewangian juga memakai minyak jeruk purut (diperoleh dari daun atau kulit buahnya) sebagai komponennya. Karakteristik minyak daunnya terutama didominasi oleh minyak atsiri (-)-(S)-citronelal (80%), sisanya adalah citronelol (10%), nerol dan limonena. Jeruk purut adalah istimewa karena pada jeruk-jeruk lainnya yang mendominasi adalah enantiomernya, (+)-(R)-citronelal (juga dapat ditemukan pada serai). Kulit buahnya memiliki komponen yang serupa dengan kulit buah jeruk nipis, dengan komponen utama adalah limonena dan β-pinena.
Nama ilmiah yang dipakai (Citrus hystrix) berarti “jeruk landak”, mengacu pada duri-duri yang dimiliki batangnya.
Jeruk bali |
|
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | Divisi: | Magnoliophyta | Kelas: | Magnoliopsida | Ordo: | Sapindales | Famili: | Rutaceae | Genus: | Citrus | Spesies: | C. grandis | |
Nama binomial |
Citrus grandis Osbeck |
Jeruk bali, jeruk besar, atau pamelo (bahasa Inggris: pomelo, ilmiah: Citrus grandis, C. maxima) merupakan jeruk penghasil buah terbesar. Nama “pomelo” sekarang disarankan oleh Departemen Pertanian karena jeruk ini tidak ada kaitannya dengan Bali.
Jeruk ini termasuk jenis yang mampu beradaptasi dengan baik pada daerah kering dan relatif tahan penyakit, terutama CVPD yang pernah menghancurkan pertanaman jeruk di Indonesia.
Beberapa kultivar unggulan Indonesia:
- ‘Nambangan’
- ‘Srinyonya’
- ‘Magetan’
- ‘Madu’/'Bageng’ (tanpa biji)
Tiga kultivar yang pertama ditanam di sentra produksi jeruk bali di daerah Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun, sedangkan yang terakhir ditanam di daerah Bageng, Kabupaten Pati.
Perbanyakan dapat dilakukan dengan biji (tidak dianjurkan untuk budidaya) atau dengan pencangkokan.
Maja |
|
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | Divisi: | Magnoliophyta | Kelas: | Magnoliopsida | Upakelas: | Rosidae | Ordo: | Sapindales | Famili: | Rutaceae | Genus: | Aegle | Spesies: | A. marmelos | |
Nama binomial |
Aegle marmelos (L.) Corr. |
Maja (Aegle marmelos (L.) Correa, suku jeruk-jerukan atau Rutaceae) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tahan lingkungan keras tetapi mudah luruh daunnya dan berasal dari daerah Asia tropika dan subtropika. Tanaman ini biasanya dibudidayakan di pekarangan tanpa perawatan dan dipanen buahnya. Maja masih berkerabat dekat dengan kawista. Di Bali dikenal sebagai bila.
Tanaman ini mampu tumbuh dalam kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu yang ekstrem; misalnya dari 49°C pada musim kemarau hingga -7°C pada musim dingin di Punjab (India), pada ketinggian tempat mencapai +1.200m. Di Asia Tenggara, maja hanya dapat berbunga dan berbuah dengan baik jika ada musim kering yang kentara, dan tidak biasa dijumpai pada elevasi di atas 500 m. Maja mampu beradaptasi di lahan berawa, di tanah kering, dan toleran terhadap tanah yang agak basa (salin).
Warna kulit luar buah maja berwarna hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga. Aroma buahnya harum dan cairannya manis, bertentangan dengan anggapan orang bahwa rasa buah maja adalah pahit. Sebagaimana jeruk, buah maja dapat diolah menjadi serbat, selai, sirop, atau nektar. Kulitnya dibuat marmalade.
Lain-lain
Maja terlibat dalam mitos mengenai asal nama kerajaan Majapahit, suatu imperium yang membentang di Nusantara dari abad XIII-XV. Konon, Raden Wijaya, sang pendiri kerajaan, menerima sebidang tanah di daerah Tarik (sekarang di selatan Surabaya). Sewaktu membangun daerah itu, ada prajuritnya yang memakan buah maja. Kebetulan yang dimakan adalah buah yang berasa pahit (karena mungkin masih mengkal). Oleh sebab itu ia menamakan bulak itu sebagai “Majapahit”.
Kingkit |
|
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | Divisi: | Magnoliophyta | Kelas: | Magnoliopsida | Ordo: | Sapindales | Famili: | Rutaceae | Genus: | Triphasia | Spesies: | T. trifolia | |
Nama binomial |
Triphasia trifolia (Burm.f.) P.Wils. |
Jeruk kingkit, kingkit, atau jeruk ranti (Triphasia trifolia, syn. T. aurantiola Lour. dan Limonia trifolia Burm.) adalah kerabat dari jeruk (genus Citrus), namun bukanlah jeruk yang sebenarnya. Jeruk ini diperkirakan berasal dari Malesia namun tersebar hingga ke pulau-pulau di Samudra Pasifik.
Bentuk tumbuhan berupa semak atau perdu dengan ketinggian hingga 3m. Daunnya majemuk berjari tiga (trifoliata), berwarna hijau tua mengkilap. Mahkota bunganya berwarna putih dengan jumlah tiga, kecil (panjang 10-13mm). Buahnya merah, bertipe hesperidium dengan diameter hingga 1,5 cm.
Buah ini dapat dimakan. Serat Centini menyebut putri keraton menggunakan buah jeruk kingkit untuk merawat kuku. Tumbuhannya digunakan sebagai pohon peneduh atau pembatas jalan di Kepulauan Seribu. Selain itu jeruk kingkit juga biasa dibonsai. Buah Triphasia trifoliata berkhasiat sebagai obat batuk dan daunnya untuk obat sakit perut.
Nama-nama lokal
Jeruk kingkit dikenal pula sebagai kingkit, limau kiah, limau kunci (bahasa Melayu), kalijage, kingkip (bahasa Sunda), jeruk kingkit (bahasa Jawa), jeruk rante (bahasa Madura), lemo-lemo (bahasa Makassar), lemo-lemo (di Ternate), serta joji koyo (di Tidore).
Kawista |
|
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | Divisi: | Magnoliophyta | Kelas: | Magnoliopsida | Ordo: | Sapindales | Famili: | Rutaceae | Genus: | Limonia L. | Spesies: | L. acidissima | |
Nama binomial |
Limonia acidissima L. |
Kawista (Limonia acidissima syn. Feronia limonia) adalah kerabat dekat maja dan masih termasuk dalam suku jeruk-jerukan (Rutaceae). Tumbuhan yang dimanfaatkan buahnya ini sudah jarang dijumpai meskipun sekarang beberapa daerah mulai mengembangkannya. Kawista relatif tahan kondisi buruk (kering atau tanah salin) dan tahan penyakit. Asalnya adalah dari India selatan hingga ke Asia Tenggara dan Jawa.
Kawista dapat digunakan sebagai batang bawah bagi jeruk, namun mempengaruhi rasa buah jeruk yang dihasilkan. Buah jeruk semacam ini dikenal sebagai “kajer” (dari “kawista” dan “jeruk”) dan bisa ditemui di Galis, Madura.
Di Kabupaten Rembang dikembangkan sirup kawista.
Orang Jawa menyebutnya kawis.
Sitrun |
Citrus lemon |
Klasifikasi ilmiah |
Kerajaan: | Plantae | (tidak termasuk) | Eudicots | (tidak termasuk) | Rosids | Ordo: | Sapindales | Famili: | Rutaceae | Genus: | Citrus | Spesies: | C. limon
| |
Nama binomial |
Citrus limon (L.) Burm.f. |
Sitrun atau jeruk sitrun adalah sejenis jeruk yang buahnya biasa dipakai sebagai penyedap dan penyegar dalam banyak seni boga dunia. Sebuah pohon lemon dapat tumbuh sampai 6 meter.
Tumbuhan ini tumbuh di daerah beriklim tropis dan sub-tropis serta tidak tahan akan cuaca dingin. Sitrun dibudidayakan di Spanyol, Portugal, Argentina, Brasil, Amerika Serikat dan negara-negara lainnya di sekitar Laut Tengah. Tumbuhan ini cocok untuk daerah beriklim kering dengan musim dingin yang relatif hangat. Suhu ideal untuk lemon agar dapat tumbuh dengan baik adalah antara 15-30 °C (60-85 °F).
Beberapa kultivarnya antara lain ‘Eureka’, ‘Lisbon’ dan ‘Meyer’.
Buah sitrun dan bunganya
Jeruk kingkit,
kingkit, atau
jeruk ranti (
Triphasia trifolia, syn.
T. aurantiola Lour. dan
Limonia trifolia Burm.) adalah kerabat dari jeruk (genus
Citrus), namun bukanlah jeruk yang sebenarnya. Jeruk ini diperkirakan berasal dari Malesia namun tersebar hingga ke pulau-pulau di Samudra Pasifik.
Bentuk tumbuhan berupa semak atau perdu dengan ketinggian hingga 3m. Daunnya majemuk berjari tiga (trifoliata), berwarna hijau tua mengkilap. Mahkota bunganya berwarna putih dengan jumlah tiga, kecil (panjang 10-13mm). Buahnya merah, bertipe hesperidium dengan diameter hingga 1,5 cm.
Buah ini dapat dimakan. Serat Centini menyebut putri keraton menggunakan buah jeruk kingkit untuk merawat kuku. Tumbuhannya digunakan sebagai pohon peneduh atau pembatas jalan di Kepulauan Seribu. Selain itu jeruk kingkit juga biasa dibonsai. Buah Triphasia trifoliata berkhasiat sebagai obat batuk dan daunnya untuk obat sakit perut.
Nama-nama lokal
Jeruk kingkit dikenal pula sebagai kingkit, limau kiah, limau kunci (bahasa Melayu), kalijage, kingkip (bahasa Sunda), jeruk kingkit (bahasa Jawa), jeruk rante (bahasa Madura), lemo-lemo (bahasa Makassar), lemo-lemo (di Ternate), serta joji koyo (di Tidore).
http://richmountain.wordpress.com/flora/jeruk/